Mengajar
dan mendidik telah di mulai oleh Tuhan di taman Eden, ada dunia manusia muda
yang perlu mendapat kemanusiaan yang bersesuain dengan tujuan instruksional
yang telah Tuhan tetapkan untuk manusia, khususnya di taman eden. Kegiatan mendidik
itu tetap dilangsungkan oleh Tuhan terhadap geneasi manusia selanjutnya. Tuhan
mendidik dan mengajar umat Israel melalui media (medius), baik melalui diri
manusia seperti melalui Musa, Yosua sampai memasuki tanah Kanaan, pendidikan
dan pengajaran itu tetap dilanjutkan. Selain itu, media dapat juga berbentuk
alat non pribadi yang dipakai oleh Tuhan untuk mendidik umat Israel. Di sini,
Tuhan menjadi pendidik utama dan pertama, selanjutnya kegiatan mendidik dan
mengajar itu dilanjutkan oleh manusia, mulai dari Adam dan Hawa, Nuh, Abraham,
Isak, Yakub sampai terpilihnya sebuah komunitas baru yaitu Israel, kemudian
melalui Tuhan yesus dan murid-murid, dan gereja sepanjang zaman. Pendidikan dan
pengajaran sebagaimana yang dimaksud disini dilaksanakan dengan memakai
berbagai komponen instruksional, salah satunya adalah media. Tuhan memakai
media untuk mengajar umat-Nya sebagaimana yang disaksikan dalam Perjanjian
Lama, umat-Nya, seperti para nabi, imam, penyair, orang bijaksana, dan para
orantua mendidik melalui penggunaan media. Ketika Tuhan Allah melalui Yesus
Kristus mengajar murid-murid-Nya, tetap memakai media instruksional yang
disesuaikan dengan tujuan instruksional yang telah dikemukan Yesus ketika Ia
memanggil murid-murid-Nya yang pertama, selanjutnya murid-murid-Nya dalam
melaksanakan tugas pengajaran sebagaimana yang diamanatkan dalam Matius 28,
tetap dan senantiasa menggunakan media.
Salah satu
media yang menjadi sebab penelitian ini yaitu narasi Lukas 5:1-3
Pada suatu ketika Yesus berdiri di
pantai danau Genesaret, sedang orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan
firman Allah. Ia melihat dua perahu di tepi pantai … Ia naik ke dalam salah
satu perahu itu, yaitu perahu Simon, … Lalu Ia duduk dan mengajar orang banyak
dari atas perahu.
Dalam narasi
Lukas, terdapat berita bahwa Tuhan Yesus menjadikan perahu sebagai salah satu
teknologi manusia yang dijadikan sebagai media Instruksional untuk mengajar
orang banyak. Bila Yesus hanya berdiri di pantai maka pastilah tidak dapat
dilihat secara baik oleh orang banyak yang hendak mendengarkan materi
instruksional yaitu firman Allah. Yesus melihat teknologi sederhana, yaitu
teknologi bauatan manusia, teknologi yang dimaksud yaitu perahu, Yesus
menggunakan perahu sebagai sarana untuk pengajaran.
Informasi
di atas menunjukkan kepada kita, bagaimana Yesus memilih alat untuk dapat
dipakai sebagai media menyampaikan firman Allah. Dalam konteks ini, kini para
pendidik Kristen (Guru, Dosen) berada pada zaman teknologi informasi yang
sangat canggih, tehnologi itu menyebabkan ditemukannya internet dengan beragam
fasilitas salah satunya adalah world wide web (www).
Penemuan
internet dan perkembangannya menjadikan dunia tidak dibatasi oleh jarak dan
waktu, serta kendala biaya yang sangat mahal ketika menggunakan tehnologi lain
untuk berkomunikasi seperti telepon dan lain sebagainya. Kemajuan internet dan
teknologi informasi yang sangat canggih membuat masyarakat biasa dapat
terkoneksi atau menggunakan internet. Dunia pendidikan pun mulai menggunakan
internet untuk proses pembelajaran, program ini dikenal dengan kelas maya
(seperti e-learning) dan lain sebagainya.
Aplikasi
internet seperti www, khususnya pada web gratis misalnya weblog atau blog pun
mulai berkembang dan dipakai untuk kepentingan proses pembelajaran. Mulai
dikenal blog guru, blog dosen dan lain sebagainya. Di Perguruan Tinggi, telah,
sedang dan akan digalakan penggunaan
blog oleh dosen untuk kepentingan eksistensi diri pengembangan diri dosen.
Universitas
tertentu di Indonesia, mulai menyediakan fasilitas blog untuk para dosen, dan
memberi pelatihan weblog kepada dosen. Hanya perkembangan ini tidak diikuti
oleh komunitas pembelajar di STT. Tidak banyak dosen teologi yang memiliki blog
untuk informasi pengajaran yang diasuhnya.
Padahal blog sangat bagus dipakai sebagai media instruksional untuk
berbagai mata kuliah. Isinya tidak hanya untuk para mahasiswa tetapi dapat
diakses oleh orang lain di seluruh dunia. Inilah yang menjadikan penulis untuk
membahas secara ilmiah pemanfaatan weblog atau blog sebagai media instruksional
pengajaran di STT.
Ada sebuah berita dalam
Koran yang memberi motivasi untuk menggumuli fasilitas internet untuk
kepentingan pembelajaran (pengajaran) yaitu bahwa masyarakat pedesaan mulai menggunakan
dunia maya. Ketika penulis pulang ke Jakarta setelah bertemu direktur Pascasarjana
STTBI, di mobil tanpa sengaja, penulis membaca sebuah Koran dari penumpang yang
diperkirakan berasal dari Kalimantan. Koran itu namanya Harian Umum Tabengan,
Spirit Membangun Kalteng, pada halaman hlm 5, Kolom 6, Rabu, 14 Desember 2011 dimuat sebuah
informasi yang sesuai dengan topic yang sedang dipikirkan oleh penulis, topic
itu tidak lain internet untuk keperluan pembelajaran. Informasi yang dimaksud
sebagai berikut:
Masyarakat
Desa arungi Dunia Maya
Globalisasi atau
penyejagatan merupakan istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan
keterkaitan dan ketergantungan
antarbangsa dan antarmanusia di seluruh
dunia di berbagai sector sehingga batas-batas suatu Negara menjadi semakin
sempit. Globalisasi merupakan suatu proses di mana antar individu,
antarkelompok, dan antarnegara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan
mempengaruhi satu sama lian yang melintasi batas Negara. Kehadiran era
globalisasi diraskan memberikan warna yang berbeda di semua sector kehidupan.
Semua tumbuh dengan cepat dan ringkas, tinggal bagaimana suatu Negara
memperkuat landasan dasar bagi rakyatnya
dalam meyikapi hadirnya era tanpa didnding pembatas ini. Khusus di sector
teknologi, kehadiran yang namanya internet
benar-benar menjadi jendela dunia. Meski awalnya terbilang barang mewah,
tapi lambat laun akhirnya produk ini menjadi umum dan biasa di mata dan telinga
masyarakat. Menengokkehadiran program mobil layanan internet bagi kecamatan di
seluruh Tanah Air termasuk di Kalteng
yang diluncurkan Pemerintah Pusat, tentu hal ini menjadi hal yang boleh terbilang baru. Karena Apa?
Biasanya berbicara internet dengan semua perangkatnya yang canggih dan sering
berganti-ganti modelnya, tentu lebih didominasi
masyarakat modern di perkotaan. Tapi dengan diluncurkan program mobil
internet ini, maka hal ini menjadi suatu
terobosan baru untuk memperkenalkan produk globalisasi ini kepada masyarakat yang
jauh berada di wilayah kecamatan, pedesaan dan pedalaman. Harapannya, program
ini mampu dimanfaatkan dari sisi positif untuk mencerdaskan anak bangsa di Negeri ini. Jika perlu bisa
lebih mengefektifkan dalam membantu masyarakat melihat seluruh perubahan dan
pembangunan di muka bumi ini, agar mereka
bisa lebih banyak menyerap dan memahami
ilmu dan pengetahuan yang selama ini jauh dari harapan. Kehadiran mobil
berwarna biru muda ini memang berbeda dari mobil biasa. Terlihat di atapnya
bercokol alat penangkap sinyal satelit. Bagian dalamnya pun bukan kursi
penumpang melainkan laptop. Mobil yang dimanfaatkan MPLIK (Mobil pusat Layanan
Internet Kecamatan) ini didesain khusus
menyediakan akses internet mudah dan murah kepada masyarakat desa. Di
mata Gubernur Kalteng Agustin Teras Narang, sarana strategis ini tentu saja
diharapkan bisa labih efektif membantu
pemerintah dalam mencerdaskan rakyatnya. Gubernur optimis, program ini membuka
keterisolasian kesenjangan digital, menuju pembangunan Kalteng yang sejahtera
dan bermartabat. Ini selaras dengan program pelaksanaan visi dan misi Gubernur
Kalteng, diantaranya Kalteng yang maju, mandiri dan adil, serta cerdas
Informasi Comunication Teknologi (ICT). Besar harapan kehadiran mobil internet
ini benar-benar dimanfaatkan masyarakat pedesaan dalam mengakses informasi dari
seluruh penjuru dunia melalui teknologi yang canggih, terutama sekali bisa
dimanfaatkan untuk memperbaiki prningkatan kehidupan dalam menunjang ekonomi
keluarga dan masyarakat secara luas. (Harian Umum Tabengan,
Spirit Membangun Kalteng, hlm 5, Kolom 6,
Rabu, 14 Desember 2011).
Dalam surving di dunia maya
(internet), saya berusaha untuk mencari seberapa banyak dosen STT yang
menggunakan weblog (singkatan dari blog) untuk menyampaikan eksistensinya
sebagai dosen maupun pengembangan diri, ternyata tidak terlalu banyak. Yang
menarik adalah sejak November 2008 sudah ada yang mau berteologi kontekstual di
dunia maya “berteologi kontekstual di
dunia maya” oleh steve Gaspersz dalam weblog “Kabaresi”. Berbagai Universitas telah memanfaatkan weblog, di
Universitas Kristen misalnya, ada Fakultas Teologi
UKIM sudah merilis website. UKI juga sudah memanfaatkan weblog bagi dosen
dengan mengadakan pelatihan bagi dosen dalam hal penggunaan weblog sebagai
sarana pemanfaatn IT oleh dosen.
Berbagai
kemajuan di dunia Internet berdampak pada interaksi global yang sangat mudah
dicapai. Apalagi dengan beragam fasilitas blog, semestinya harus dipakai oleh
dosen STT, tetapi lebih banyak dosen STT memiliki facebook. Pemanfaatn blog
oleh dosen untuk kegiatan pembelajaran harus dilihat sebagai peluang
kontekstual. Steve Gaspersz dalam blognya menyebutkan, pemanfaatan web harus
disyukuri karena ada fator
"kontekstual" karena dunia maya atau internet pada saat ini bisa
menjadi salah satu sarana paling efektif untuk mencari informasi-informasi
penting seputar ilmu teologi, kajian-kajian kritis yang dulu sulit sekali
diperoleh karena kesenjangan jarak dan waktu, tetapi juga mendorong
terbentuknya suatu habitus ilmiah yang lebih terbuka dan gaul.
Internet memang memberikan kemungkinan yang nyaris tak terbatas.
Perjumpaan-perjumpaan dan diskusi-diskusi berlangsung melintasi batas-batas
identitas. Dalam era internet, apa yang disebut sebagai konteks adalah konteks
mondial dalam arti sesungguhnya. Sebuah gerak kemenduniaan yang tidak lagi
terkurung pagar-pagar identitas etnis, budaya, kelompok sosial, agama, dan
bahasa. Oleh karena itulah dunia maya sebenarnya bisa menjadi lahan subur bagi
bertumbuhnya suatu karakter ilmiah yang terbuka dan kritis. "Terbuka"
mengindikasikan bahwa pemikiran-pemikiran kita sudah selayaknya bersifat
inklusif dan dewasa untuk melihat dan menyerap berbagai informasi di dunia
maya. "Kritis" mengindikasikan bahwa meskipun inklusif, tetapi tidak
semua informasi itu kita perlukan dan oleh karena itu kita membutuhkan suatu
pijakan teoretis atau parameter keilmuan yang memampukan kita untuk memilah
mana saja informasi yang kita perlukan bagi pengembangan tradisi keilmuan kita
di fakultas teologi.
Kenyataan tersebut menghadapkan kita kepada suatu tantangan baru berkaitan
dengan relasi keilmuan antara dosen dan mahasiswa. Seberapa jauh proses
belajar-mengajar dan berdiskusi di kalangan civitas akademika fakultas teologi di
Universitas, dan Sekolah Tinggi Teologi memanfaatkan weblog untuk kepentingan
proses pembelajaran/perkuliahan. Bagaimana STT memanfaatkan proses yang
inklusif dan kritis di era internet semacam ini? Siapkah mahasiswa dan dosen
berdialog dan berdialektika secara cerdas dan santun dengan memanfaatkan media
internet? Itu hanyalah beberapa pertanyaan dari beragam pertanyaan yang bisa
diajukan berkaitan dengan pemanfaatan internet dalam proses berteologi,
khususnya pembelajaran/pengajaran..
Steve Gazpersz menyatakan:
paradigma
keilmuan teologi kita pada tataran ini sudah seharusnya bergeser atau bahkan
didekonstruksi sehingga paradigmanya tidak lagi terpaku pada "teaching university"
yang satu arah; tetapi sungguh-sungguh menempatkan seluruh kemajuan teknologi
abad ini untuk mengisi dan mengkritisi terus-menerus paradigma berteologi kita.
Konsep "jemaat" yang menjadi subject matter dalam pergulatan berteologi
kita saat ini bahkan sudah mengalami pergeseran konseptual. Kalau kita
berselancar di dunia maya, kita akan menemukan bahwa hampir sebagian besar
generasi muda dan kalangan akademisi di Maluku sudah akrab dengan internet.
Bahkan beberapa pendeta (termasuk saya) sudah lebih aktif berdiskusi melalui
media weblog. Pertukaran pengalaman dan ilmu terjadi di sana. Sehingga betapa
ironisnya jika kalangan dosen-dosen teologi malah kedodoran karena tidak
melibatkan diri dalam arena gaul internet ini alias "gatek" (gagap
teknologi).
Lebih lanjut Gazpersz menyatakan, kini teologiwan dan teologiwati mampu melihat
seluruh perkembangan internet, khususnya pemanfaatan blog gratis sebagai
sesuatu yang penting. Harus disadari bahwa buku memang masih memegang peranan
penting dalam proses belajar-mengajar, tetapi akses internet yang cepat dan
mahaluas itu telah memungkinkan setiap orang (baca: jemaat dan mahasiswa
teologi) memperoleh informasi yang cukup luas dan valid mengenai ilmu teologi
yang mereka geluti atau pertanyaan-pertanyaan teologis yang menggelisahkan
mereka.
Jelaslah
bahwa perkembangan informasi melalui dunia maya begitu pesat, sehingga bila para
pendidik teologi tidak siap memanfaatkan dunia maya maka kemampuan warga
pembelajar teologis akan semakin diragukan atau kemampuan merespons dinamika
teologi mondial akan semakin tumpul. Bahkan dikawatirkan mungkin apa yang kita
ajarkan suatu ketika hanya dianggap "fosil" karena sama sekali tidak
up-to-date dengan diskursus teologis yang berkembang dan menghangat pada suatu
konteks. Oleh karena itu, Gasperz tetap mendorong para pembelajar teologi -
dalam hal ini, para dosen teologi - mulai
membiasakan diri untuk berselancar di dunia maya dan mencermati bagaimana
"dunia" ini menyajikan kekayaan sumber-sumber untuk menginjeksi
teori-teori baru dalam ilmu teologi.
Perkembangan internet yang
makin canggih telah memungkinkan setiap pengguna internet untuk melakukan
posting artikel, foto, bahkan video dengan lebih cepat dan mudah. Sekarang ini
banyak sekali provider yang menyediakan spasi untuk aktivitas bloging.
"Blog" pada dasarnya adalah aktivitas tulis-menulis yang
disebarluaskan dengan menggunakan spasi situs pribadi. Beberapa provider
sekarang menawarkan spasi yang lebih besar lagi untuk posting foto dan video.
Dari aktivitas bloging ini terbentuklah suatu komunitas maya yang membangun
persahabatan dan juga pertukaran gagasan maupun profil dengan cara melakukan
inter-link dengan bloger-
bloger lain
Gazperz menyatakan bahwa weblog
memberikan kemungkinan yang sangat besar
bagi para pembelajar teologi untuk menyebarluaskan gagasan-gagasan teologis
dan refleksi-refleksi teologis yang positif dengan jangkauan yang nyaris tanpa
batas. Bloging memang memungkinkan kita untuk melakukan publikasi tulisan-tulisan kita dengan cepat dan murah. Untuk
membuat buku maka kita harus mengeluarkan biaya yang besar, selain itu waktu
yang relative lama untuk penyelesaian sebuah buku, editing, lay-out sampai pada
diterbitkannya sebuah buku. Namun tidak demikian dengan menulis atau
mempublikasikan tulisan di blog, sangat praktis dan langsung terbit dan dibaca
oleh orang-orang diseluruh dunia, yang menemukan blog kita di internet. Gazpers
juga menyatakan bahwa ada keuntungan yang bisa diperoleh dengan menulis secara
konsisten di blog adalah bisa saja suatu saat kita ingin menerbitkannya dalam
bentuk buku - sebagai akumulasi proses berpikir kita dalam rentang waktu
tertentu. Tetapi dalam hal ini pikiran dan gagasan kita telah dikenal oleh
publik melalui blog pribadi kita.
Idakah seorang Pengajar dan Pendidik yg
sudah mulai pikun?: Ingat Internet dapat Mencegah Pikun
Ini adalah berita gembira
bagi para netters dan bloggers pada umumnya sekaligus bagi para lanjut usia
(Lansia) khususnya. Karena dengan mengakses internet, kita tidak hanya
mengetahui informasi tetapi dengan surfing di dunia maya inidapat membantu
untuk memperbaiki dan melatih fungsi otak.
Dan ini khususnya bagi lansia, dapat mencegah pikun (dementia) yang sringkali
mengancam orang lansia, karena dengan mengakses internet berarti kita sudah
melakukan atau melibatkan otak dalam sebuah aktivitas yang cukup rumit,
sehingga fungsi otak tetap dapat dipertahankan.
Dengan surfing di internet,
ibarat kita membaca sebuah buku, sehingga bagian otak yang berfungsi untuk
mengendalikan bahasa, pengendalian daya ingat, dan daya visual akan ikut
bekerja, bahkan menambahkan aktifitas tambahan bagi otak yaitu untuk
pengendalian keputusan dan pertimbangan.
Peranan Internet untuk
Belahan Otak Manusia
Ini yang membedakan dengan
membaca, karena bila kita surfing di internet maka kita akan dihadapkan dengan
berbagai macam pilihan informasi yang harus kita pilih atau kita klik, dengan
adanya keputusan yang harus dibuat inilah aktivitas bagi otak untuk pembuatan
keputusan dan pertimbangan akan terus diasah.
Bila lansia sering-sering
mencari informasi di internet dan menghambat sejumlah proses peranan pada otak
seperti pengurangan atau penciutan aktivitas sel otak dan akan membuat orang
tua/lansia tetap segar ingatan dan dibantu dengan menjaga makanan dengan gizi
yang seimbang dan olah raga yang teratur.
Banyak dosen memiliki
teknologi canggih seperti laptop, notebook, netbook, ipad dan lain sebagainya
yang terhubung dengan satu computer dengan computer lain (internet) tetapi
tidak dipakai untuk membuat blog. Padahal blog memiliki peluang untuk dijadikan
sebagai media pembelajaran yang menyenangkan. Yang terjadi adalah menggunakan
laptop, notebook, netbook untuk terhubung dengan LCD dan atau tanpa LCD bagi
tugas mengajar di kelas. Dosen mengajar sering hanya memakai bahan ajar atau
mungkin diktat, sementara fasilitas di internet dapat digunakan untuk proses
pembelajaran. Sering alasan biaya, tetapi ada fasilitas gratis seperti blog,
yaitu di blogspot.com, wordpress.com dll.
Majalah
Triwulan Bahtera, Edisi 7 Maret 2011, hal. 37, kolom 1-3.