This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sabtu, 23 Juni 2012

Logi-logi Didaktik Kristen Berbasis weblog



Mengajar dan mendidik telah di mulai oleh Tuhan di taman Eden, ada dunia manusia muda yang perlu mendapat kemanusiaan yang bersesuain dengan tujuan instruksional yang telah Tuhan tetapkan untuk manusia, khususnya di taman eden. Kegiatan mendidik itu tetap dilangsungkan oleh Tuhan terhadap geneasi manusia selanjutnya. Tuhan mendidik dan mengajar umat Israel melalui media (medius), baik melalui diri manusia seperti melalui Musa, Yosua sampai memasuki tanah Kanaan, pendidikan dan pengajaran itu tetap dilanjutkan. Selain itu, media dapat juga berbentuk alat non pribadi yang dipakai oleh Tuhan untuk mendidik umat Israel. Di sini, Tuhan menjadi pendidik utama dan pertama, selanjutnya kegiatan mendidik dan mengajar itu dilanjutkan oleh manusia, mulai dari Adam dan Hawa, Nuh, Abraham, Isak, Yakub sampai terpilihnya sebuah komunitas baru yaitu Israel, kemudian melalui Tuhan yesus dan murid-murid, dan gereja sepanjang zaman. Pendidikan dan pengajaran sebagaimana yang dimaksud disini dilaksanakan dengan memakai berbagai komponen instruksional, salah satunya adalah media. Tuhan memakai media untuk mengajar umat-Nya sebagaimana yang disaksikan dalam Perjanjian Lama, umat-Nya, seperti para nabi, imam, penyair, orang bijaksana, dan para orantua mendidik melalui penggunaan media. Ketika Tuhan Allah melalui Yesus Kristus mengajar murid-murid-Nya, tetap memakai media instruksional yang disesuaikan dengan tujuan instruksional yang telah dikemukan Yesus ketika Ia memanggil murid-murid-Nya yang pertama, selanjutnya murid-murid-Nya dalam melaksanakan tugas pengajaran sebagaimana yang diamanatkan dalam Matius 28, tetap dan senantiasa menggunakan media.
Salah satu media yang menjadi sebab penelitian ini yaitu narasi Lukas 5:1-3
Pada suatu ketika Yesus berdiri di pantai danau Genesaret, sedang orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman Allah. Ia melihat dua perahu di tepi pantai … Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, … Lalu Ia duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu.

Dalam narasi Lukas, terdapat berita bahwa Tuhan Yesus menjadikan perahu sebagai salah satu teknologi manusia yang dijadikan sebagai media Instruksional untuk mengajar orang banyak. Bila Yesus hanya berdiri di pantai maka pastilah tidak dapat dilihat secara baik oleh orang banyak yang hendak mendengarkan materi instruksional yaitu firman Allah. Yesus melihat teknologi sederhana, yaitu teknologi bauatan manusia, teknologi yang dimaksud yaitu perahu, Yesus menggunakan perahu sebagai sarana untuk pengajaran.

Informasi di atas menunjukkan kepada kita, bagaimana Yesus memilih alat untuk dapat dipakai sebagai media menyampaikan firman Allah. Dalam konteks ini, kini para pendidik Kristen (Guru, Dosen) berada pada zaman teknologi informasi yang sangat canggih, tehnologi itu menyebabkan ditemukannya internet dengan beragam fasilitas salah satunya adalah world wide web (www).

Penemuan internet dan perkembangannya menjadikan dunia tidak dibatasi oleh jarak dan waktu, serta kendala biaya yang sangat mahal ketika menggunakan tehnologi lain untuk berkomunikasi seperti telepon dan lain sebagainya. Kemajuan internet dan teknologi informasi yang sangat canggih membuat masyarakat biasa dapat terkoneksi atau menggunakan internet. Dunia pendidikan pun mulai menggunakan internet untuk proses pembelajaran, program ini dikenal dengan kelas maya (seperti e-learning) dan lain sebagainya.

Aplikasi internet seperti www, khususnya pada web gratis misalnya weblog atau blog pun mulai berkembang dan dipakai untuk kepentingan proses pembelajaran. Mulai dikenal blog guru, blog dosen dan lain sebagainya. Di Perguruan Tinggi, telah, sedang dan akan  digalakan penggunaan blog oleh dosen untuk kepentingan eksistensi diri pengembangan diri dosen.

Universitas tertentu di Indonesia, mulai menyediakan fasilitas blog untuk para dosen, dan memberi pelatihan weblog kepada dosen. Hanya perkembangan ini tidak diikuti oleh komunitas pembelajar di STT. Tidak banyak dosen teologi yang memiliki blog untuk informasi pengajaran yang diasuhnya.  Padahal blog sangat bagus dipakai sebagai media instruksional untuk berbagai mata kuliah. Isinya tidak hanya untuk para mahasiswa tetapi dapat diakses oleh orang lain di seluruh dunia. Inilah yang menjadikan penulis untuk membahas secara ilmiah pemanfaatan weblog atau blog sebagai media instruksional pengajaran di STT.

Ada sebuah berita dalam Koran yang memberi motivasi untuk menggumuli fasilitas internet untuk kepentingan pembelajaran (pengajaran) yaitu bahwa masyarakat pedesaan mulai menggunakan dunia maya. Ketika penulis pulang ke Jakarta setelah bertemu direktur Pascasarjana STTBI, di mobil tanpa sengaja, penulis membaca sebuah Koran dari penumpang yang diperkirakan berasal dari Kalimantan. Koran itu namanya Harian Umum Tabengan, Spirit Membangun Kalteng, pada halaman hlm 5, Kolom 6,  Rabu, 14 Desember 2011 dimuat sebuah informasi yang sesuai dengan topic yang sedang dipikirkan oleh penulis, topic itu tidak lain internet untuk keperluan pembelajaran. Informasi yang dimaksud sebagai berikut:
Masyarakat Desa arungi Dunia Maya
Globalisasi atau penyejagatan merupakan istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan  ketergantungan antarbangsa  dan antarmanusia di seluruh dunia di berbagai sector sehingga batas-batas suatu Negara menjadi semakin sempit. Globalisasi merupakan suatu proses di mana antar individu, antarkelompok, dan antarnegara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan mempengaruhi satu sama lian yang melintasi batas Negara. Kehadiran era globalisasi diraskan memberikan warna yang berbeda di semua sector kehidupan. Semua tumbuh dengan cepat dan ringkas, tinggal bagaimana suatu Negara memperkuat  landasan dasar bagi rakyatnya dalam meyikapi hadirnya era tanpa didnding pembatas ini. Khusus di sector teknologi, kehadiran yang namanya internet  benar-benar menjadi jendela dunia. Meski awalnya terbilang barang mewah, tapi lambat laun akhirnya produk ini menjadi umum dan biasa di mata dan telinga masyarakat. Menengokkehadiran program mobil layanan internet bagi kecamatan di seluruh Tanah Air  termasuk di Kalteng yang diluncurkan Pemerintah Pusat, tentu hal ini menjadi  hal yang boleh terbilang baru. Karena Apa? Biasanya berbicara internet dengan semua perangkatnya yang canggih dan sering berganti-ganti modelnya, tentu lebih didominasi  masyarakat modern di perkotaan. Tapi dengan diluncurkan program mobil internet ini, maka hal ini menjadi  suatu terobosan baru untuk  memperkenalkan  produk globalisasi ini kepada masyarakat yang jauh berada di wilayah kecamatan, pedesaan dan pedalaman. Harapannya, program ini mampu dimanfaatkan dari sisi positif untuk mencerdaskan  anak bangsa di Negeri ini. Jika perlu bisa lebih mengefektifkan dalam membantu masyarakat melihat seluruh perubahan dan pembangunan  di muka bumi ini, agar mereka bisa lebih banyak  menyerap dan memahami ilmu dan pengetahuan yang selama ini jauh dari harapan. Kehadiran mobil berwarna biru muda ini memang berbeda dari mobil biasa. Terlihat di atapnya bercokol alat penangkap sinyal satelit. Bagian dalamnya pun bukan kursi penumpang melainkan laptop. Mobil yang dimanfaatkan MPLIK (Mobil pusat Layanan Internet Kecamatan) ini didesain khusus  menyediakan akses internet mudah dan murah kepada masyarakat desa. Di mata Gubernur Kalteng Agustin Teras Narang, sarana strategis ini tentu saja diharapkan  bisa labih efektif membantu pemerintah dalam mencerdaskan rakyatnya. Gubernur optimis, program ini membuka keterisolasian kesenjangan digital, menuju pembangunan Kalteng yang sejahtera dan bermartabat. Ini selaras dengan program pelaksanaan visi dan misi Gubernur Kalteng, diantaranya Kalteng yang maju, mandiri dan adil, serta cerdas Informasi Comunication Teknologi (ICT). Besar harapan kehadiran mobil internet ini benar-benar dimanfaatkan masyarakat pedesaan dalam mengakses informasi dari seluruh penjuru dunia melalui teknologi yang canggih, terutama sekali bisa dimanfaatkan untuk memperbaiki prningkatan kehidupan dalam menunjang ekonomi keluarga dan masyarakat secara luas.[1] (Harian Umum Tabengan, Spirit Membangun Kalteng, hlm 5, Kolom 6,  Rabu, 14 Desember 2011).
Dalam surving di dunia maya (internet), saya berusaha untuk mencari seberapa banyak dosen STT yang menggunakan weblog (singkatan dari blog) untuk menyampaikan eksistensinya sebagai dosen maupun pengembangan diri, ternyata tidak terlalu banyak. Yang menarik adalah sejak November 2008 sudah ada yang mau berteologi kontekstual di dunia maya “berteologi kontekstual di dunia maya” oleh steve Gaspersz dalam weblog “Kabaresi”. Berbagai Universitas telah memanfaatkan weblog, di Universitas Kristen misalnya, ada Fakultas Teologi UKIM sudah merilis website. UKI juga sudah memanfaatkan weblog bagi dosen dengan mengadakan pelatihan bagi dosen dalam hal penggunaan weblog sebagai sarana pemanfaatn IT oleh dosen.
Berbagai kemajuan di dunia Internet berdampak pada interaksi global yang sangat mudah dicapai. Apalagi dengan beragam fasilitas blog, semestinya harus dipakai oleh dosen STT, tetapi lebih banyak dosen STT memiliki facebook. Pemanfaatn blog oleh dosen untuk kegiatan pembelajaran harus dilihat sebagai peluang kontekstual. Steve Gaspersz dalam blognya menyebutkan, pemanfaatan web harus disyukuri karena ada  fator "kontekstual" karena dunia maya atau internet pada saat ini bisa menjadi salah satu sarana paling efektif untuk mencari informasi-informasi penting seputar ilmu teologi, kajian-kajian kritis yang dulu sulit sekali diperoleh karena kesenjangan jarak dan waktu, tetapi juga mendorong terbentuknya suatu habitus ilmiah yang lebih terbuka dan gaul.

Internet memang memberikan kemungkinan yang nyaris tak terbatas. Perjumpaan-perjumpaan dan diskusi-diskusi berlangsung melintasi batas-batas identitas. Dalam era internet, apa yang disebut sebagai konteks adalah konteks mondial dalam arti sesungguhnya. Sebuah gerak kemenduniaan yang tidak lagi terkurung pagar-pagar identitas etnis, budaya, kelompok sosial, agama, dan bahasa. Oleh karena itulah dunia maya sebenarnya bisa menjadi lahan subur bagi bertumbuhnya suatu karakter ilmiah yang terbuka dan kritis. "Terbuka" mengindikasikan bahwa pemikiran-pemikiran kita sudah selayaknya bersifat inklusif dan dewasa untuk melihat dan menyerap berbagai informasi di dunia maya. "Kritis" mengindikasikan bahwa meskipun inklusif, tetapi tidak semua informasi itu kita perlukan dan oleh karena itu kita membutuhkan suatu pijakan teoretis atau parameter keilmuan yang memampukan kita untuk memilah mana saja informasi yang kita perlukan bagi pengembangan tradisi keilmuan kita di fakultas teologi.

Kenyataan tersebut menghadapkan kita kepada suatu tantangan baru berkaitan dengan relasi keilmuan antara dosen dan mahasiswa. Seberapa jauh proses belajar-mengajar dan berdiskusi di kalangan civitas akademika fakultas teologi di Universitas, dan Sekolah Tinggi Teologi memanfaatkan weblog untuk kepentingan proses pembelajaran/perkuliahan. Bagaimana STT memanfaatkan proses yang inklusif dan kritis di era internet semacam ini? Siapkah mahasiswa dan dosen berdialog dan berdialektika secara cerdas dan santun dengan memanfaatkan media internet? Itu hanyalah beberapa pertanyaan dari beragam pertanyaan yang bisa diajukan berkaitan dengan pemanfaatan internet dalam proses berteologi, khususnya pembelajaran/pengajaran..

Steve Gazpersz menyatakan:
paradigma keilmuan teologi kita pada tataran ini sudah seharusnya bergeser atau bahkan didekonstruksi sehingga paradigmanya tidak lagi terpaku pada "teaching university" yang satu arah; tetapi sungguh-sungguh menempatkan seluruh kemajuan teknologi abad ini untuk mengisi dan mengkritisi terus-menerus paradigma berteologi kita. Konsep "jemaat" yang menjadi subject matter dalam pergulatan berteologi kita saat ini bahkan sudah mengalami pergeseran konseptual. Kalau kita berselancar di dunia maya, kita akan menemukan bahwa hampir sebagian besar generasi muda dan kalangan akademisi di Maluku sudah akrab dengan internet. Bahkan beberapa pendeta (termasuk saya) sudah lebih aktif berdiskusi melalui media weblog. Pertukaran pengalaman dan ilmu terjadi di sana. Sehingga betapa ironisnya jika kalangan dosen-dosen teologi malah kedodoran karena tidak melibatkan diri dalam arena gaul internet ini alias "gatek" (gagap teknologi).[2]

Lebih lanjut Gazpersz menyatakan, kini teologiwan dan teologiwati mampu melihat seluruh perkembangan internet, khususnya pemanfaatan blog gratis sebagai sesuatu yang penting. Harus disadari bahwa buku memang masih memegang peranan penting dalam proses belajar-mengajar, tetapi akses internet yang cepat dan mahaluas itu telah memungkinkan setiap orang (baca: jemaat dan mahasiswa teologi) memperoleh informasi yang cukup luas dan valid mengenai ilmu teologi yang mereka geluti atau pertanyaan-pertanyaan teologis yang menggelisahkan mereka.
Jelaslah bahwa perkembangan informasi melalui dunia maya begitu pesat, sehingga bila para pendidik teologi tidak siap memanfaatkan dunia maya maka kemampuan warga pembelajar teologis akan semakin diragukan atau kemampuan merespons dinamika teologi mondial akan semakin tumpul. Bahkan dikawatirkan mungkin apa yang kita ajarkan suatu ketika hanya dianggap "fosil" karena sama sekali tidak up-to-date dengan diskursus teologis yang berkembang dan menghangat pada suatu konteks. Oleh karena itu, Gasperz tetap mendorong para pembelajar teologi - dalam hal ini, para dosen teologi - mulai membiasakan diri untuk berselancar di dunia maya dan mencermati bagaimana "dunia" ini menyajikan kekayaan sumber-sumber untuk menginjeksi teori-teori baru dalam ilmu teologi.
Perkembangan internet yang makin canggih telah memungkinkan setiap pengguna internet untuk melakukan posting artikel, foto, bahkan video dengan lebih cepat dan mudah. Sekarang ini banyak sekali provider yang menyediakan spasi untuk aktivitas bloging. "Blog" pada dasarnya adalah aktivitas tulis-menulis yang disebarluaskan dengan menggunakan spasi situs pribadi. Beberapa provider sekarang menawarkan spasi yang lebih besar lagi untuk posting foto dan video. Dari aktivitas bloging ini terbentuklah suatu komunitas maya yang membangun persahabatan dan juga pertukaran gagasan maupun profil dengan cara melakukan inter-link dengan bloger-
bloger lain

Gazperz menyatakan bahwa weblog memberikan kemungkinan yang sangat besar bagi para pembelajar teologi untuk menyebarluaskan gagasan-gagasan teologis dan refleksi-refleksi teologis yang positif dengan jangkauan yang nyaris tanpa batas. Bloging memang memungkinkan kita untuk melakukan publikasi tulisan-tulisan kita dengan cepat dan murah. Untuk membuat buku maka kita harus mengeluarkan biaya yang besar, selain itu waktu yang relative lama untuk penyelesaian sebuah buku, editing, lay-out sampai pada diterbitkannya sebuah buku. Namun tidak demikian dengan menulis atau mempublikasikan tulisan di blog, sangat praktis dan langsung terbit dan dibaca oleh orang-orang diseluruh dunia, yang menemukan blog kita di internet. Gazpers juga menyatakan bahwa ada keuntungan yang bisa diperoleh dengan menulis secara konsisten di blog adalah bisa saja suatu saat kita ingin menerbitkannya dalam bentuk buku - sebagai akumulasi proses berpikir kita dalam rentang waktu tertentu. Tetapi dalam hal ini pikiran dan gagasan kita telah dikenal oleh publik melalui blog pribadi kita.

Idakah seorang Pengajar dan Pendidik yg sudah mulai pikun?: Ingat Internet dapat Mencegah Pikun
Ini adalah berita gembira bagi para netters dan bloggers pada umumnya sekaligus bagi para lanjut usia (Lansia) khususnya. Karena dengan mengakses internet, kita tidak hanya mengetahui informasi tetapi dengan surfing di dunia maya inidapat membantu untuk memperbaiki dan melatih  fungsi otak. Dan ini khususnya bagi lansia, dapat mencegah pikun (dementia) yang sringkali mengancam orang lansia, karena dengan mengakses internet berarti kita sudah melakukan atau melibatkan otak dalam sebuah aktivitas yang cukup rumit, sehingga fungsi otak tetap dapat dipertahankan.
Dengan surfing di internet, ibarat kita membaca sebuah buku, sehingga bagian otak yang berfungsi untuk mengendalikan bahasa, pengendalian daya ingat, dan daya visual akan ikut bekerja, bahkan menambahkan aktifitas tambahan bagi otak yaitu untuk pengendalian keputusan dan pertimbangan.[3]
Peranan Internet untuk Belahan Otak Manusia
Ini yang membedakan dengan membaca, karena bila kita surfing di internet maka kita akan dihadapkan dengan berbagai macam pilihan informasi yang harus kita pilih atau kita klik, dengan adanya keputusan yang harus dibuat inilah aktivitas bagi otak untuk pembuatan keputusan dan pertimbangan akan terus diasah.
Bila lansia sering-sering mencari informasi di internet dan menghambat sejumlah proses peranan pada otak seperti pengurangan atau penciutan aktivitas sel otak dan akan membuat orang tua/lansia tetap segar ingatan dan dibantu dengan menjaga makanan dengan gizi yang seimbang dan olah raga yang teratur.
Banyak dosen memiliki teknologi canggih seperti laptop, notebook, netbook, ipad dan lain sebagainya yang terhubung dengan satu computer dengan computer lain (internet) tetapi tidak dipakai untuk membuat blog. Padahal blog memiliki peluang untuk dijadikan sebagai media pembelajaran yang menyenangkan. Yang terjadi adalah menggunakan laptop, notebook, netbook untuk terhubung dengan LCD dan atau tanpa LCD bagi tugas mengajar di kelas. Dosen mengajar sering hanya memakai bahan ajar atau mungkin diktat, sementara fasilitas di internet dapat digunakan untuk proses pembelajaran. Sering alasan biaya, tetapi ada fasilitas gratis seperti blog, yaitu di blogspot.com, wordpress.com dll.



[1] Harian Umum Tabengan, Spirit Membangun Kalteng, hlm 5, Kolom 6,  Rabu, 14 Desember 2011..
[3] Majalah Triwulan Bahtera, Edisi 7 Maret 2011, hal. 37, kolom 1-3.

Rabu, 13 Juni 2012

Logi-logi Yonas Muanley

Blog ini merupakan tempat yang efektif, efisien dan produktif untuk saya menyampaikan kepada public, tentang hasil berpikir saya. Hasil berpikir ini merupakan proses yang diperoleh, di dalam dan di luar ruang kuliah, di dalam dan di luar mimbar gereja, di masyarakat.
TUHAN telah menciptakan manusia segambar dan serupa dengan-Nya, Tuhan juga menasehati untuk mengasihi-Nya dengan segenap akal budi …
Berdasarkan firman di atas, saya ingin menyampaikan pikiran yang Tuhan berikan kepada saya, harapannya adalah menjadi bermanfaat. 

Salam logi yang berbuah

Yonas Muanley

Minggu, 10 Juni 2012

Tugas Didaktik Kristus di Indonesia


Menjadi Guru dan Dosen di Negara Republik Indonesia

Guru dan Dosen (Kristen)  adalah penerus semangat didaktik Yesus Kristus di mana ia ditugaskan, seorang guru dan dosen adalah seorang yang rela menjadi manusia dewasa (Profesional), sehingga mampu mendidik manusia muda (mengajar dan mendidik) peserta didik yang dipercayakan Tuhan kepadanya, melalui lembaga di mana sang guru dan dosen mengabdi. Tanda seseorang dipanggil untuk mengajar dan mendidik adalah memiliki kerinduan yang ditopang dengan karunia untuk mengajar. Panggilan Tuhan untuk mendidik itu dapat diwujudkan melalui lembaga pendidikan, baik lembaga pendidikan swasta maupun Negeri.

Seorang guru dan dosen berupaya untuk terus menjadi saluran berkat atas kebenaran Allah, kebenaran rohani maupun kebenaran intelektual. Dosen harus menerima Yesus sebagai satu-satunya jalan kebenaran dan hidup. Kebenaran yang menyelamatkan hanya ada dalam induk logi dari Yerusalem yaitu Yesus Kristus. Induk logi ini merupakan kebenaran langsung yang tidak tertulis nama pernah ada dalam sejarah (Inkarnasi), dan Induk logi itu kemudian menyebabkan para penulis Alkitab menulis logi yang diilhamkan. Saya sering dalam mata kuliah filsafat Pendidikan Kristen dan Filsafat Ilmu, selalu memakai istilah “kebenaran langsung” (isi Alkitab), selain itu ada kebenaran melalui proses berpikir, saya sebut buah logi. Ada buah logi matematika, ada buah logi IPA, Ada buah logi IPS, ada buah logi sosiologi, ada buah logi Antropologi, dst. Ada buah logi yang berhubungan dengan kepercayaan (kebenaran iman), misalnya Yesus Kristus adalah Tuhan dan juruselamat.

Ada beragam kebenaran yang telah dihasilkan melalui hasil berpikir manusia. Hasil berpikir itu dapat bersifat intuitif, tetapi ada pula hasil berpikir yang sesuai dengan realitas yang diperoleh melalui penelitian. Manusia dapat menemukan kebenaran dari berpikir tentang realitas, realitas yang dipikirkan, diteliti secara ilmiah menghasilkan kebenaran ilmiah. Dan kebenaran itu bersifat universal, lintas budaya, lintas generasi, lintas agama, dll. Misalnya kebenaran matematika dapat berlaku bagi siapa saja, fakultas manapun, program studi manapun, agama manapun. 1 + 2 = 3 adalah kebenaran. Di manapun dan kapanpun, dalam agama manapun dan fakultas manapun harus menerima bahwa 1+2 = 3, sama halnya dengan kebenaran gaya grafitasi bumi. Sang pemikir dan ilmuwan yang menemukan gaya grafitasi bumi, pada akhirnya diakui bahwa ini kebenaran. Benar karena kecenderungan benda itu jatuhnya kebawah, dan bukan ke atas.

Berdasarkan pemahaman di atas, maka guru dan dosen (Teologi dan Pendidikan Agama Kristen) harus terbuka terhadap semua kebenaran ilmu pengetahuan dan kebenaran-kebenaran yang ditemukan di manapun. Hanya saja harus ditegaskan bahwa kebenaran-kebenaran dalam ilmu pengetahuan dan kebenaran-kebenaran yang dihasilkan dalam komunitas agama karena berpikir bukanlah jaminan keselamatan kekal. Keselamatan kekal itu harus berpulang pada induk kebenaran yaitu Yesus Kristus. Bagian ini saya sebut dengan istilah “Induk kebenaran dari Yerusalem”.

Kembali pada penegasan saya di atas, guru dan dosen harus terbuka kepada berbagai kebenaran karena pikiran adalah pemberian Tuhan. Siapapun yang berpikir atau menggunakan pikirannya secara baik, seperti mereka yang menggunakan pikiran untuk meneliti salah satu ontology (kenyataan) dari sekian ontology, salah satunya adalah pendidikan, maka proses berpikir itu akan menghasilkan kebenaran. Kebenaran ini bersifat universal, berlaku bagi siapa saja. Tetapi keselamatan kekal harus kembali kepada logi TUHAN yang telah menjadi manusia, dan dinamakan Yesus Kristus.
Jadi, saya Yonas Muanley, hendak menegaskan bahwa seorang dosen memang harus terbuka terhadap kebenaran-kebenaran yang merupakan hasil berpikir dari berbagai disiplin ilmu, Kebenaran psikologi, kebenaran Antropologi, Kebenaran Filsafat, Kebenaran dll,  Kebenaran yang menyelamatkan haruslah pada Yesus Kristus (induk logi). Semua kebenaran bertumpu pada induk kebenaran yaitu Yesus Kristus.

Dalam melaksanakan tugas didaktik di Indonesia, seorang guru dan dosen tidak dapat mengabaikan Amanat Agung Yesus, yaitu “Jadikan sekalian bangsa murid Kristus” (Mat 28: 19-20). Seorang dosen terpanggil dalam tugas mengajar dan memberitakan Injil Kerajaan Allah (Mat. 4:23).  Dalam konteks inilah seorang dosen berfungsi ganda,  yaitu sebagai pengajar (Mat.4:23b) dan penginjil (Mat.4:23c), bila dua tugas ini dilakukan oleh dosen maka ia telah meneruskan perintah Yesus Guru Agung yang terlebih dahulu melakukan kegiatan mengajar dan memberitakan Injil kerajaan Allah (Mat. 4:23).

Mengajar dan Mendidik Melalui Keteladanan

Yesus Kristus Guru Agung itu menyatakan kepada peserta didik-Nya: Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.

Seorang guru dan dosen tidak hanya melaksanakan tugas didaktik (mengajar) melalui kata-kata verbal tetapi lebih dari itu, seorang dosen harus menunjukkan perbuatan baik (keteladanan) di depan peserta didik yang dituntunnya, juga lingkungannya, tujuannya supaya orang yang melihat dan mengalami perbuatan baik dosen dan memuliakan bukan diri guru dan dosen tetapi untuk memuliakan Tuhan. Dengan kata lain seorang dosen harus mampu menjadi garam dan terang di kelas dan di luar kelas, garam guru dan dosen tidak boleh tawar di kelas dan di luar kelas. Garam dosen (keteladanan) harus tetap dijaga dalam proses pembelajaran.