Selasa, 26 April 2016

Indikator Efektivitas Proses Pembelajaran Pendidikan Kristen

Apa saja indikator efektivitas proses pembelajaran yang perlu diketahui oleh seorang pendidik Kristen? Mari kita membahas terlebih dahulu arti efektivitas. Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu dari frasa “effective” yang berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata efektifitas mempunyai beberapa pengertian yaitu, akibatnya, pengaruh dan kesan, manjur, dapat membawa hasil.(KBI) Sedangkan dalam kamus Ilmiah Populer, efektivitas adalah ketepat gunaan, hasil guna, menunjang tujuan.
Pembahasan tentang arti efektivitas menolong kita untuk memahami indikator efektivitas proses pembelajaran Pendidikan Kristen. Namun sebelumnya mari kita cermati pernyataan Bemard tentang efektivitas dalam konteks organisasi. Efektivitas dalam konteks organisasi diartikan kemahiran dalam sasaran spesifik dari organisasi yang bersifat objektif (“if it accomplished its specific objective aim”). Selanjutnya Schein dalam bukunya “organizational Psychology mendefinisikan efektivitas organisasi sebagai kemampuan untuk bertahan, menyesuaikan diri, memelihara diri dan juga bertumbuh, lepas dari fungsi-fungsi tertentu yang dimiliki oleh organisasi tersebut.(Widodo, 2002)
Frasa efektivitas dapat dipahami dalam pengertian tercapainya sebuah keberhasilan atau pencapaian tujuan. Efektivitas merupakan salah satu dimensi dari produktivitas (hasil) yaitu mengarah pada pencapaian unjuk kerja yang maksimal, yaitu pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah dicapai. Di mana makin besar persentase target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya.
Menurut Yusufhadi Miarso, efektivitas pembelajaran adalah yang menghasilkan belajar yang bermanfaat dan bertujuan bagi para peserta didik atau siswa, melalui prosedur pembelajaran yang tepat. Jadi, menurut definisi ini efektivitas pembelajaran dikenali dari tercapainya tujuan pembelajaran. (Yusufhadi Miarso, 2004)
Selain itu, Astim Riyanto menyatakan bahwa efektivitas pembelajaran diartikan berhasil guna atau tepat guna, Definisi ini menegaskan efektifitas pembelajaran dalam dua indicator penting, yaitu terjadinya belajar pada siswa dan apa yang dilakukan guru. Menurut Gaff dalam Miarso pembelajaran yang efektif meliputi bagaimana membantu peserta didik atau siswa-siswi untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Dalam hal ini efektivitas adalah membandingkan antara hasil belajar yang diperoleh dengan tujuan yang telah ditetapkan. Jika tujuan tercapai maka tercapai pula efektivitas. Efektivitas pembelajaran ditandai dengan indikator:

Pertama, kemampuan mengorganisir bahan pelajaran secara baik. Bagian penting yang perlu ada dalam mengorganisasi materi pelajaran adalah merumusan tujuan pembelajaran. Tujuan ini kini disebut dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar, pemilihan bahan pelajaran, kegiatan kelas, pemberian tugas, dan penilaian. Pokok-pokok inilah yang mesti ada dalam komponen proses pembelajaran yang efektif. Pengorganisasian bahan pelajaran adalah kewenangan guru. Maka yang dapat menilai baik atau tidaknya pengorganisasian materi pelajaran adalah para sejawat dalam bidang studi yang bersangkutan, atau ketua program studi, dan siswa. Siswa yang mengikuti pelajaran guru dapat menilai guru dengan cukup tepat. Misalnya siswa dapat menilai: apakah guru menyajikan bahan pelajaran di dalam cara teratur; apakah guru telah mempersiapkan diri untuk kelasnya, apakah guru telah menjelaskan pokok yang perlu dipelajari, dan apakahbahan ajar itu memungkinkan untuk dapat diikuti dengan baik.
Kedua Kemampuan berkomunikasi secara efektif. Aspek-aspek yang berkait dengan komunikasi secara efektif dalam pembelajaran pada bagian ini meliputi: strategi dan metode mengajar, pemakaian media untuk menarik perhatian mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan. Selain itu penyajian yang jelas, kelancaran berbicara, interpretasi gagasan abstrak dengan contoh-contoh, kemampuan wicara yang baik (nada, intonasi, ekspresi guru), dan kemampuan untuk mendengarkan siswa.
Ketiga, Kemampuan dalam Penguasaan dan antusiasme dalam mata pelajaran. Seorang guru dituntut mengetahui materi pelajarannya dengan baik, agar mudah mengorganisirnya secara sistematis dan logis. Guru mampu menghubungkan isi pelajarannya dengan apa yang telah diketahui siswa.
Keempat, kemampuan dalam bersikap positif terhadap peserta didik. Sikap positif terhadap siswa dilakukan melalui cara-cara seperti: Apakah guru memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan dengan bahan pelajaran. Apakah guru mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan atau memberi pendapat, Apakah guru dapat dihubungi siswa di luar kelas, Apakah guru peduli terhadap apa yang dipelajari oleh siswa.
Kelima, Kemampuan memberi ujian dan nilai yang adil. Sejak awal pelajaran siswa harus mendapat informasi tentang: sistem penilaian yang akan mereka peroleh, seperti: kehadiran mereka dalam kelas, tugas-tugas yang akan dikerjakan, ujian tengah semester dan akhir semester.
Keenam, Kemampuan dalam kesesuaian soal ujian dengan bahan pelajaran yaitu pembuatan soal yang konsisten dengan indicator-indikator dari setiap kompetensi dasar yang telah dibuatnya sebagaimana yang ada dalam kontrak dan silabus serta satuan acara pembelajaran. Kesesuaian soal ujian dengan bahan pelajaran yang diberikan merupakan salah satu indicator keadilan dalam ujian.
Ketujuh, Hasil belajar siswa yang yang baik. Pelajaran yang diberi kepada siswa diarahkan untuk tercapainya perubahan pada tiga ranah yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pedoman yang harus dipegang adalah hasil belajar mahasiswa harus sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang dimaksud dapat berupa perubahan tiga ranah di atas.

0 komentar:

Posting Komentar